Aku jatuh cinta pada
senja
Kau tau rasanya jatuh
cinta?
Cinta sesuatu yang
abstrak bagiku tapi tidak setelah kujatuh cinta kali pertama dengan senja.
Aku takpernah tahu itu
seperti apa sampai aku bertemu dengannya.
Dia selalu ada hadir
menemaniku, tapi entah kenapa pertemuan hari itu membuatku merasakan hal
berbeda dengannya. Dia yang selalu sama setiap harinya, hari itu dia berbeda.
Dia indah, pancarannya berbeda sungguh menggetarkan jiwaku melihatnya. Warnanya
yang jingga mampu membuatku terpana.
Melihatnya membuatku mulai
memahami apa yang biasa kudengar dengan sebutan cinta.
Dia selalu
mempertontonkanku penampilan berbeda tiap harinya. Tapi satu ciri khasnya yang
tak pernah kulupa jingga cahayanya yang mempesona.
Cahayanya terpancar
memanjakan mata hingga menyejukkan hatiku. Bagaimanapun jeleknya kondisi hatiku
hari itu bisa sirna hanya ketika memandangnya.
Ketika dia datang, mataku
terpejam dan merasakan seakan kumenari bersamanya, menjalani momen indah tanpa
ada apapun dan siapapun menganggu.
Ingin rasanya mendekatinya,
mengenggamnya hingga memeluknya. Tapi akalku masih sehat, aku tau itu tak dan takkan bisa kulakukan. Cinta memang
tak harus memiliki, pikirku.
Aku selalu menantinya
hadir. Menanti untuk menikmati setiap penampilannya yang tak pernah membuatku
berhenti takjub. Aku tahu ini takkan berbalas, cinta tak selalu menuntut balas
bukan.
Aku selalu dikecewakan
tak kala dia pergi digantikan oleh si gelap. Tapi sebuah janji akan hadirnya ia
kembali membuatku tak keberatan untuk menantinya penuh harap.
Entah kenapa semakin
hari cintaku semakin merajai, keegoisan ada didalamnya. Aku mulai kesal ketika
menanti senja jauh lebih lama daripada menikmati bersamanya. Rasa bahagiaku
berubah menjadi kemarahan. Aku merasa ketidakadilan terjadi disana. Apakah
benar adil itu tak berlaku dalam cinta, apa benar tidak pernah ada keseimbangan
dalam cinta?
Sial, aku benar benar lelah,
menikmati cinta ini sendiri. Aku marah pada pagi kenapa dia diberi kesempatan
hadir cukup lama kemudian digantikan si terik, apa yang membuat si matahari
begitu istimewa sehingga dia harus menampilkan kegagahannya cukup lama.
Sedangkan sisenja yang begitu indah, memukau hanya bisa dinikmati sesaat dan
langsung tergantikan si gelap yang cukup merajai lingkaran ini.
Terlebih ku patah hati
ketika ku menanti senja dengan kerinduan yang mendalam berharap ia hadir dan ku
bisa menyambutnya karna satu satunya obat rindu yang kutau adalah bertemu.
Ingin ku temu ini terwujud sayangnya si hujan datang melunturkan harapanku.
Hujan datang tepat ketika senja ingin hadir sehingga keindahannya terselimuti
oleh si hujan.
Aku marah, hanya saja
aku takbisa melampiaskan pada siapapun, Aku ingin marah pada senja, mengapa dia
tak punya usaha lebih untuk menunjukan keindahannya melawan si hujan. Tapi aku
tau itu bukan kuasanya. Ya, ada hal-hal diluar kuasa kita. Dan aku paham aku
juga tak memiliki kuasa untuk memiliki senja, aku tak kuasa memastikan senja
hanya untukku, hidup untukku dan selalu ada untukku.
Dari senja, aku
memahami cinta itu. Cinta yang tak berujung, cinta yang tak dipaksa, cinta yang
tak harus dimiliki. Tapi, aku tahu cinta harus dinikmati. Bahkan dalam
penantian, cinta itu yang menguatkan.
Terimakasih senja, aku
mencintaimu.